Senin, 10 Mei 2010

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran (2), oleh Handy Susanto, S.Psi*)

Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke sembilan
kecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan konteks
pembelajaran itu sendiri.
Sebenarnya dalam melaksanakan proses belajar yang menggunakan
kerangka Multiple Intelligences tidaklah sesulit yang dibayangkan. Yang
dibutuhkan hanyalah kreativitas dan kepekaan guru. Artinya setiap guru harus
bisa berpikir secara terbuka yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional,
mau menerima perubahan, serta harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap
hal yang bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam menunjang proses belajar.
Laboratorium hidup yang terbesar adalah dunia ini. Untuk mengembangkan
proses pengajaran dengan menggunakan Multiple Intelligences, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar.
Artinya bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas. Tidak harus
menggunakan peralatan yang canggih. Siswa bisa diajak keluar kelas untuk
mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Siswa tidak hanya
dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa teori
yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan
dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam.
Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie,
Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita
baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari
apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa
yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi
paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan materi yang
diterimanya.
Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode
pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang
canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah
demikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses
pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan
menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar
kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk
mengembangkan Visual-Soatial Intelligence, role play untuk mengembangkan
Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk
mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri
untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain.
Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang
hanya menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusia
cenderung tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran
oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalam
bukunya yang berjudul Quantum Teaching. Manusia cenderung akan tetap
mempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil risiko, karena untuk
berubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiri
yang seringkali ‘menakutkan’.
Penerapan multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak
harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple
Intelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar
pengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan
siswa. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung
terlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan
dari setiap siswa.
Kenyataan, saat ini adalah kurangnya guru-guru yang memiliki inisiatif
untuk mencoba keluar dari pola pengajaran tradisional, meskipun dari pihak
atasan menfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi setiap guru agar dapat
mengembangkan diri agar dapat menyampaikan materi pelajaran seefektif
mungkin.
Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab
guru dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan. Kita
harus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam
menentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki
pola pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai oleh
anaknya. Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai
dalam matematika atau bahasa. Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah.
Pihak sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua. Seminar itu
menjelaskan bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan
matematika dan bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainnya yang
dapat dikembangkan sesuai dengan keunikan anak. Jika pandangan baru ini
diberikan kepada orang tua, diharapkan setiap orang tua dapat mendukung
pihak sekolah untuk mengembangkan Multiple Intelligences. Salah satu bentuk
peran serta orang tua dalam pengembangan Multiple Intelligences adalah
dengan tidak memaksakan anak untuk hanya menguasai kemampuan
matematika dan bahasa, tetapi mereka pun dapat membimbing dan
mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya masing-masing.
Selain mengadakan seminar, kerja sama pihak sekolah dengan orang tua
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran Wali Kelas dan guru Bimbingan
Konseling dengan cara melakukan pertemuan berkala dengan pihak orang
tua. Kerja sama ini dilaksanakan dalam upaya untuk memantau setiap

perkembangan anak dan mengamati keunikan setiap anak, sehingga
pendidikan bisa diberikan sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-
masing.

Manfaat Penerapan Multiple Intelligences
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan Multiple
Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.

1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam
melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan
seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat
suatu pertunjukan. Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam
proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat
proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan
logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka
untuk belajar.

2.Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan talentanya.

3.Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam
mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap
aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota
masyarakat.

4.Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang
dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu
motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.

5.Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa akan mendapatkan
pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk
mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Kesimpulan
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Mereka memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan
yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkan
hasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ hanya membatasi pada
kecerdasan logika (matematika) dan bahasa. Saat ini masih banyak sekolah
yang terjebak dengan pandangan tradisional tersebut. Masih banyak guru
yang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori Multiple Intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwa
kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan Logika (matematika)

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran
dan bahasa. Multiple Intelligences memberikan pandangan bahwa terdapat
sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan
antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari
kecerdasan tersebut.
Teori Multiple Intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yang
membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan
Siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan pada
kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam
kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki
kesan yang mendalam. Selain itu proses pendidikan dapat mengakomodir
setiap kebutuhan siswa dan sesuai dengan keunikannya masing-masing.
Jika sekolah ingin menerapkan Multiple Intelligences di dalam sistem
pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba
memulai dan bersedia untuk keluar dari ‘zona nyaman’nya masing-masing.
Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama di
dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan
keunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan melalui
pertemuan berkala antara Wali Kelas dan Guru Bimbingan Konseling dengan
orang tua.


Daftar Pustaka:
Handy Susanto, S.Psi*)
*) Guru Bimbingan dan Konseling SMP BPK PENABUR Tasikmalaya
DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer. (2000). Quantum teach-
ing. Mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung:
PT. Mizan Pustaka
Gardner, Howard. (2003). Multiple intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam:
Interaksara
http://www.cookps.act.edu.au/mi.htm
http://www.kompas.com/Kecerdasan intelektual tak cuma logika dan bahasa/
6 Agustus 2003
http://www.kompas.com/Sambut kurikulum 2004 dengan kecerdasan jamak/
13 Oktober 2003
http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.htm
http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/mi/index_sub7.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar